Jumat, 24 Maret 2017

Hari-Hari Terakhir Timor Timur

Judul
:
Hari-Hari Terakhir Timor Timur, Sebuah Kesaksian
Penulis
:
Zacky Anwar Makarim, Glenny Kairupan, Andreas Sugiyanto dan Ibnu Fatah
Penerbit
:
PT. Sportif Media Informasindo
Tahun Cetak
:
2003
Halaman
:
463
ISBN
:
979-97629-0-1
Harga
:
Rp. 150.000
Status
:
Ada

“UNAMET berlaku tidak adil selama penentuan pendapat berlangsung, mereka seharusnya sebagai penyelenggara tetapi akhirnya ikut bermain.” (Prof DR. Sujana Sapi’ie, Ketua Forum Rektor Indonesia – Observer Jejak Pendapat Timtim, Kompas 14 September 1999).

“kalau pada pemilu-pemilu lalu di Indonesia kecurangan-kecurangan dikonstatir oleh para konstestan pemilu, maka pada penentuan pendapat di Timtim kemarin, kecurangan-kecurangan ini justru dilakukan oleh penyelenggara penentuan pendapat. Dalam hal ini oknum-oknum petugas dari UNAMET termasuk dalam hal ini petugas-petugas lokal yang kesemuanya itu jelas dan gambalng merupakan pihak-pihak Pro-Kemerdekaan. Tindakan UNAMET yang hanya menerima staff lokal warga  Pro-Kemerdekaan, tidak membolehkan unsur Indonesia menjadi pengamat proses penentuan pendapat, serta politik uang yang dilakukan warga asing telah menimbulkan kecemburuan yang sangat berpotensi menyulut kerusuhan setelah penentuan pendapat. Tindakan  UNAMET itu menimbulkan keresahan dan kecemburuan sehingga upaya damai semakin jauh. Saya sempat bertemu dengan penduduk yang menerima sejumlah uang dollar untuk mempengaruhi pilihannya.” (Benyamin Mangkoedilaga, Hakim Agung, mantan Anggota Komnas HAM dan Komisi Perdamaian Stabilitas Timtim, Kompas 10 September 1999, 5 Juli 2002).

“Kejahatan sempurna adalah sebuah kejahatan yang membungkus kepentingan sendiri (politik, ekonomi) dengan topeng kepentingan internasional (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Kepentingan internasional atas sebuah teritorial (Timor Timur) dijadikan sebagai komoditas untuk diperjualbelikan dalam pasar politik dalam negeri. Inilah politik komodifikasi territorial yang dilakukan oleh rezim John Howard terhadap Timor Timur (yang dicurigai penuh kecurangan). Kejahatan yang sempurna adalah kejahatan yang disembunyikan dibalik teror, intimidasi, provokasi, disinformasi yang sering dengan sangat halus dilakukan oleh suatu negara besar terhadap sebuah negara berdaulat, atas nama penegakan HAM dan perdamaian.” (Yasraf Amir Piliang, Dosen Pasca Sarjana ITB dan Pemerhati Masalah Sosial, Kompas 12 Oktober 1999).

Pada tanggal 1 Maret 1999 saya kebetulan melihat tayangan televisi Amerika CNN, Questions & Answers (Q & A) Asia yang dikawal wartawan Riz Khan. Dua orang dijadikan narasumber, Jamsheet Marker, Utusan Pribadi PBB di Timtim, dan James Clad dari Georgetown University Amerika Serikat. Ketika dipersoalkan bagaimana nanti hasil pemberian suara rakyat Timtim dalam referendum. Riz Khan mengemukakan keterangan “78 persen memberikan suara ya untuk kemerdekaan: 22 persen menyatakan tidak (artinya integrasi dengan RI). Beberapa bulan kemudian setelah referendum di Timtim dan sekjen PBB Kofi Anan di New York mengumumkan hasilnya, maka di layar CNN saya lihat dia berkata, “78 persen Yes for independence; 22 persen No. “Saya keget. Kok, angka-angkanya persis sama dengan yang dikemukakan Riz Khan bulan maret? Apakah ada rekayasa dalam hal ini? Bila ada siapa yang melakukan? Intel Australia, Amerika, Portugis? Misteri ini akan tetap misteri.” (Rosihan Anwar, Wartawan Senior, Kompas, 4 Maret 2002).   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...