Rabu, 22 Februari 2017

MBEKO PATAH TULANG, Tradisi Pengobatan Patah Tulang Pada Etnik Manggarai

Judul
:
MBEKO PATAH TULANG, Tradisi Pengobatan Patah Tulang Pada Etnik Manggarai
Penulis
:
Semiarto Aji Purwanto, Zulfadhli Nasution & Bernadetha Samayosi
Editor
:
Prof. Lestari Handayani
Penerbit
:
PT. Kanisius
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
124
ISBN
:
978-979-21-5084-1
Sumber
:
Download
:

Dalam literatur medis, patah tulang dikategorikan menjadi dua, yaitu tertutup bila tidak ada luka sobek pada kulit dan terbuka yang ditandai dengan luka akibat patahan tulang atau benda tertentu yang mengoyak kulit. Apabila luka terbuka itu menyebabkan kerusakan jaringan dan otot, maka tingkat keparahan dari luka terbuka semakin tinggi sehubungan dengan kedalaman lukanya, kerusakan jaringan lunak dan otot.

Pada kondisi ringan yaitu patah tulang yang tertutup, terdapat mekanisme dimana tulang dapat tertutup sendiri. Tanpa pengobatan khusus, tulang akan merapat kembali walaupun kemungkinan ben­tuknya tidak lagi seperti semula. Pengobatan seperlunya untuk mengurangi rasa sakit bisa dilakukan. Sebaliknya, pada kondisi yang parah, penanganan patah tulang harus dilakukan oleh dokter ahli. Penanganan medis untuk kasus patah tulang yang parah memerlukan tenaga ahli bedah tulang dan fasilitas yang memadai. Pelayanan kesehatan untuk pasien dengan demikian hanya bisa diberikan di fasilitas-fasilitas kesehatan tertentu. Tidak semua rumah sakit, apalagi Puskesmas, dilengkapi dengan tenaga ortopedis.
Di sisi yang lain, penanganan patah tulang dalam komunitas lokal menggunakan logika sistem medis tradisional yang berbeda dengan sistem medis modern. Pada hampir semua komunitas, dengan inspirasi kebudayaan masing-masing, sistem perawatan dan penanganan patah tulang secara tradisional amat dikenal. Ber­bagai konsep, teori dan praktisi patah tulang dalam tradisi budaya tertentu bahkan eksis tidak cuma di wilayah pedesaan tetapi juga di perkotaan. Dukun patah tulang, metode penyembuhan Cimande dan pengobatan sangka! putungadalah beberapa contoh populer dari perawatan patah tulang tradisional (Handayani et al., 2001: 50).

Di daerah Karo, Sumatra Utara, guru pertawar ten gge! adalah rujukan pertama yang dituju masyarakat ketika ada anggotanya yang mengalami patah tulang (Surbakti, et al., 2015). Ada beberapa cara yang berbeda yang digunakan untuk pengobatan patah tulang tradisional itu, mulai dari penggunaan minyak obat yang disebut minak pen ga!un, sembur dan tawar yang diramu dari berbagai tanaman obat.

Sementara itu, orang Manggarai di Manggarai Timur, dan umumnya orang Manggarai di Flores mengenal sistem perawatan patah tulang yang khas. Pada hampir setiap kecamatan dijumpai praktisi medis tradisional dengan kemampuan menangani patah tulang. Umumnya, orang Manggarai mampu mendeskripsikan bagai­mana penanganan patah tulang oleh para praktisi tersebut. Walau­pun beragam, ada benang merah yang menghubungkan aneka cara penanganan patah tulang tradisional di Manggarai. Terdapat cerita populer di sana tentang pengobatan dengan cara 'menghancurkan lagi tulang yang patah untuk kemudian disembuhkan' dan mem­berikan obat, biasanya air putih dengan 'doa penyembuhan tertentu'.

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...