Jumat, 23 Desember 2016

Integrasi, Kebulatan Tekad Rakyat TIMOR TIMUR

Judul
:
Integrasi, Kebulatan Tekad Rakyat TIMOR TIMUR
Penyusun
:
Soekanto
Penerbit
:
Yayasan Parikesit
Tahun Cetak
:
1976
Halaman
:
714
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 225.000
Status
:
Ada

Kisah perjuangan rakyat melawan penjajahan selalu merupakan kisah menarik dan penuh dengan segi-segi yang perlu dipelajari dan dihayati. Lebih-lebih perju­angan rakyat Timor Tirnur yang sebenarnya merupakan sebagian dari bangsa Indonesia, hingga perjuangannya itupun juga dapat dikatakan sebagai sebagian perjuangan bangsa Indonesia. untuk menyingkirkan penjajahan dari persada Nusantara. Itulah sehabnya Presiden Soeharto juga menyatakan merasa sedih dan bercampur dosa bahwa saudara-saudara sekandung, rakyat Timor Timur hams lebih lama menderita dari pada bangsa Indonesia dibagian lainnya yang 30 tahun lebih dahulu telah dapat menghirup udara kemerdekaan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan historis, geografis, ethnologis dan genealogis, bahkan kenyataan tetap hidupnya aspirasi manunggalnya Timor Timur dengan Indonesia, pada hakekatnya rakyat Timor Timur adalah sebagian rakyat Indonesia. Sejarah Timor Timur adalah sebagian. dari sejarah Indonesia, dan perjuangan rakyat Timor Timur adalah bagian dari rangkaian perjuangan Indonesia. Jelas, bahwa segi seluruh bangsa Indonesia, baik yang berasal dari Timor Timur maupun dari daerah-darah lainnya, mempelajari dan menghayati per­juangan rakyat Timor Timur untuk membebaskan diri dari penjajahan berarti mempelajari dan menghayati perjuangan bangsa sendiri. Hal ini pasti akan memper­tebal kesadaran, kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bertolak dari kenyatan-kenyataan di atas, dan bertujuan untuk lebih memantapkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara itulah, buku "Integrasi" ini disajikan. Namun demikian, realita sejarah tidak boleh diselewengkan. Sebab itu dalam penyusunan buku ini diusahakan untuk dapat dikemukakan data dan fakta sebanyak mungkin, Suatu hal yang sukar bahkan mus­tahil untuk dilakukan tanpa bantuan, dorongan dan fasilitas-fasilitas dari banyak pihak. Baik dari pihak-pihak yang langsung terjun dalam perjuangan tersebut, maupun dari instansi-instansi pemerintah dan swasta. Karena itu kepada semua pihak yang memungkinkan buku ini diterbitkan, penyusun mengucapkan terima kasih se­besar-besarnya.

Kamis, 22 Desember 2016

Tanah Air Beta

Judul
:
Tanah Air Beta
Penulis
:
Sefryana Khairil
Penerbit
:
Gradien Mediatama
Tahun Cetak
:
2010
Halaman
:
119
ISBN
:
978-602-8260-65-7
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Ada


Ketika Timor-Timur berpisah dari Indonesia, perpisahan juga terjadi di antara kakak-beradik yang saling menyayangi. Mereka hidup dalam kondisi dan lokasi yang berbeda oleh sebab yang tidak mereka mengerti. Merry (10) tinggal berdua dengan ibunya, Tatiana di sebuah kamp pengungsian di Kupang, NTT. Sementara kakak laki-lakinya, Mauro (12) tinggal bersama pamannya di Timor Leste.

Tatiana dan Merry hidup di kamp bersama ratusan ribu pengungsi lainnya, diantaranya Abu Bakar, seorang keturunan Arab yang sudah turun-temurun hidup dan tinggal di Timor-Timur. Tatiana mengajar di sekolah darurat. Merry juga bersekolah di tempat itu bersama Carlo, seorang anak laki-laki yang sangat jail dan suka menggangu Merry—itu dikarenakan Carlo ingin sekali mempunyai seorang adik dan merasakan kembali cinta kasih keluarga.

Kehidupan yang sangat berat di kamp pengugsian dan di tengah ketidakpastian akan keberadaan anak laki-lakinya, tidak membuat Tatiana menjadi lemah. Kerinduan Merry akan kakaknya dan penderitaan yang begitu mendalam dari sang ibu, membuat Merry menjadi anak perempuan yang cerdas dan nekad.

Secercah harapan mekar kala suatu hari, dari seorang relawan, Tatiana mendapatkan informasi adanya kemungkinan ia bertemu kembali dengan anak laki-lakinya itu. Apakah harapan ini dapat terwujud? Dapatkah Merry berkumpul kembali dengan kakaknya, Mauro?


Rabu, 21 Desember 2016

Pasukan Pembunuh Indonesia

Judul
:
Pasukan Pembunuh Indonesia, Membunuh Tanpa Dihukum, Kronologi Kekejaman Kelompok Paramiliter dan Milisi yang disponsori oleh Militer Indonesia di Timor Timur dari Nopember 1998 sampai Mei 1999
Editor
:
Andriyanto
Penerbit
:
East Timor International Support Center (ETISC)
Tahun Cetak
:
1999
Halaman
:
82
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 90.000
Status
:
Kosong


Menurut perjanjian yang diperantarai Perserikatan Bangsa-Bangsa dan ditanda-tangani Indonesia dan Portugal tanggal 5 Mei 1999, PBB akan mengadakan Konsultasi dengan penduduk Timor Timur pada tanggal 8 Agustus 1999 (Oc­casional Paper ETISC No. 1 'Kebiadaban yang Didalangi oleh Indo­nesia di Timor Timor' secara kritis menelaah berbagai komponen perjanjian tersebut). Penduduk Timor Timur akan memutuskan apa­kah mereka mau menerima atau menolak tawaran otonomi yang diajukan oleh Presiden B.J. Habibie. Kalau mereka menolaknya, Indonesia akan menarik diri dari wilayah itu.

Namun, TNI (sebelumnya ABRI) secara terselubung berusaha merusak proses tersebut, dengan mempersenjatai milisi yang terdiri dari orang-orang Timor (dari Timor Timur dan Barat). Di bawah pengawasan personil TNI, orang-orang Timor dilatih, dibayar, diperlengkapi dan didorong untuk membunuh, menyiksa dan mengintimidasi penduduk Timor Timur agar memberikan suara setuju otonomi. Para pendukung kemerdekaan menjadi sasaran kekejaman yang luar biasa. Jumlah korban kekerasan yang didu­kung TNI telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan sangat mengganggu kehidupan normal di Timor Timur, serta menambah penderitaan rakyat di wilayah yang bergolak ini. Menye­lenggarakan Konsultasi mengenai keinginan rakyat di bawah kon­disi seperti itu adalah tidak mungkin. Karena hasilnya tidak akan mencerminkan keinginan rakyat yang sebenarnya, dan itu bisa dianggap tidak sah.

Selasa, 20 Desember 2016

Sang Sutradara dan Wartawati Burung

Judul
:
Sang Sutradara dan Wartawati Burung
Penulis
:
Gerson Poyk
Penerbit
:
Kakilangit Kencana
Tahun Cetak
:
2009
Halaman
:
139
ISBN
:
978-602-8556-06-4
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Ada

Saat menghadapi kertas putih untuk memulai menulis, saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Begitu kalimat pertama terekam, mengalirlah ribuan kalimat lain yang melukiskan tata kehidupan ini. Tak henti-hentinya kalimat itu datang di sepanjang malam kerja mengarang.

Adegan demi adegan meluncur dari lubuk imajinasi saya. Jika imajinasi itu lahir dari kecenderungan animal, misalnya imajinasi yang menjadi bagian dari libido, maka karya saya itu akan menjadi karya pop, menjadi sastra wangi. Memang laku dijual, tetapi saya akan merendahkan diri sendiri menjadi binatang jalang Jika imajinasi saya menjadi bagian dari rasionalitas, maka karya kreatif saya itu akan dimengerti untuk memasuki "istana logos."

Akan tetapi ada pergulatan yang lebih intens ketika intuisi saya bergetar, sehingga karya-karya saya bergulat dengan kemungkinan melahirkan karya yang datang dari suatu rumus intuitif yang kecil. Di sini, di ranah ini kita berhadapan dengan rumus yang merupakan pintu keindahan moral; sebuah rumus yang kecil tetapi memberi manfaat besar kepada manusia dan kemanusiaan kita. Dalam sastra ide kita melihat hasil getaran intuitif ini, yakni rumus bare maximum (kebutuhan maksimum) seorang individu.

Saya selalu berupaya agar karya intuitif ini bisa menginspirasi siapa pun

Senin, 19 Desember 2016

Cinta Sang Pialang

Judul
:
Cinta Sang Pialang
Penulis
:
Gusti Adi Tetiro
Penerbit
:
Veritas Dharma Satya Publishing
Tahun Cetak
:
-
Halaman
:
-
ISBN
:
978-602-725-920-1
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Kosong

Bastian, seorang pialang sebuah perusahaan efek asing, memilih berlibur ke Flores. Perkenalannya dengan beberapa wartawan asal Pulau Bunga itu membuatnya tertarik ke sana. Petualangan dimulai.

Di Nusa Nipa itu, secara tidak sengaja, Bastian bertemu dengan seorang reporter televise yang sedang melakukan perjalanan jurnalisitik. Ada kisah antara mereka, namun Bastian tahu ada seorang kekasih yang setia menunggunya.

Bagaimana pergolakan batin Bastian mencari hal yang tidak ditemukannya di bursa saham? Bagaimana pula akhir kisah cintanya? Flores menantang logika pasar yang berpikir tentang laba bersih semata. Di Flores, cinta dan keberpihakan, keheningan dan Tuhan, alam dan adat saling berpelukan mesra, sebuah surge dengan beberapa catatan yang harus disertai!

Minggu, 18 Desember 2016

Tradisi Lisan Vera: Jendela Bahasa, Sastra, dan Budaya Etnik Rongga

Judul
:
Tradisi Lisan Vera: Jendela Bahasa, Sastra, dan Budaya Etnik Rongga
Penulis
:
Ni Wayan Sumitri
Penerbit
:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
242
ISBN
:
978-602-433-170-2
Harga
:
Rp. 75.000
Status
:
Kosong

Penelitian bahasa dan budaya Rongga secara intensif dimulai dengan proyek penelitian dokumentasi yang saya lalukan lewat hibah ELDP (Endangered Language Documentation Programmer) London (2004-2006), dilanjutkan dengan sederetan penelitian lain oleh mahasiswa Pascasarjana Linguistik Universitas Udayana, termasuk oleh penulis buku ini, Ni Wayan Sumitri, yang luarannya berupa disertasi yang diterbitkan menjadi buku ini dengan judul Tradisi Lisan Vera: Jendela Bahasa, Sastra, dan Budaya Etnik Rongga.

Tradisi lisan Vera sebagai salah satu ragam seni pertunjukan menggunakan bahasa sebagai media. Bahasa itu, hidup secara dinamis, mengiringi kedinamisan budaya penuturnya. Bahasa menjadi wahana transmisi berbagai bentuk dan nilai budaya serta sosial antargenerasi. Dalam konteks ini, judul buku ini sangat penting karena menggarisbawahi peran sentral bahasa, yakni bahasa sebagai jendela dan pintu masuk untuk memahami berbagai aspek budaya penuturnya. Vera (sebagai sebuah tradisi tari ritual diiringi oleh lagu-lagu) adalah salah satu wujud budaya sastra dan seni entik Rongga yang lagu-lagunya berisi kandungan nilai-nilai warisan leluhur yang sangat dalam. Buku ini menguraikan berbagai aspek dan karakteristik Vera secara rinci: pengertian Vera, klasifikasi Vera, struktur bentuk tekstual-linguistisnya (secara mikro dan makro), aspek estetisnya lingual dan non-lingual, serta sisi makna dan fungsi Vera dalam konteks budaya Rongga (misalnya, terkait dengan religi, alam dan sosio-historis, dan politis). Aspek pewarisan juga dibahas secara mendalam dalam bab tersendiri.

Deskripsi, analisis, dan temuan dalam buku ini berkontribusi penting dalam bidang-bidang ilmu terkait dengan kajian bahasa, terutama etno/sosio-linguistik dan sastra, serta linguistik dokumenter. Pendekatan yang bersifat lintas ilmu (interdisciplinary) dengan mengombinasikan kajian linguistik dan sastra dengan statistik sederhana merupakan inovasi tersendiri, yang ternyata mampu memberikan terobosan dan temuan yang tidak bisa didapat hanya mengandalkan pendekatan tradisional. 

Kekuatan dan kedinamisan bahasa, budaya, dan sastra sangat bergantung pada kedinamisan penuturnya dalam ekologi yang telah sangat cepat berubah (unprecendented changes) dewasa ini. Vera sebagai bagian dari sebuah tradisi budaya Rongga ini dalam perjalanan waktu ternyata telah mengalami marginalisasi karena berbagai faktor seperti diuraikan dalam buku ini dan juga makalah saya (Arka 2013). Karenanya, buku ini yang mendokumentasikan Vera dengan berbagai aspeknya, menjadi penting sebagai acuan yang lengkap untuk sebuah tradisi yang semakin terancam eksistensinya. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti, mahasiswa serta pemerhati etnolinguistik/linguistik, dan juga masyarakat lokal Rongga.

I Wayan Arka
A/Professor & Head Department of Linguistics. Australian National University, Australia


Sabtu, 17 Desember 2016

Wijaya Kusuma, dari Kamar Nomor Tiga

Judul
:
Wijaya Kusuma, dari Kamar Nomor Tiga
Penulis
:
Maria Matildis Banda
Penerbit
:
PT. Kanisius
Tahun Cetak
:
2015
Halaman
:
568
ISBN
:
978-979-21-4478-9
Harga
:
NFS
Status
:
Kosong


Wijaya Kusuma dari Kamar Nomor Tiga menampilkan pergulatan hidup paramedis dan dokter menghadapi keterbatasan fasilitas, melawan mitos, dan stigma budaya. Kisah ini begitu mendebarkan saat tabung oksigen diperebutkan dan ibu hamil terjebak di tengah hujan dan jalan putus. Siapa yang menentukan kehidupan dan kematian? Dalam spirit wijaya kusuma hubungan antara Bidan Ros dan Dokter Yordan mengalir. Siapa benar siapa salah, ketika dihadapkan dengan pertanyaan apakah saya ikut andil dalam kematian ini? Filosofi bunga wijaya kusuma memperkuat karakter tokoh-tokoh yang gelisah.

Jumat, 16 Desember 2016

Kumpulan Cerita Rakyat 33 Provinsi Dari Aceh Sampai Papua

Judul
:
Kumpulan Cerita Rakyat 33 Provinsi Dari Aceh Sampai Papua
Penulis
:
Yustitia Angelia
Penerbit
:
Lingkar Media
Tahun Cetak
:
-
Halaman
:
128
ISBN
:
979-602-365-011-8
Harga
:
Rp. 20.000
Status
:
Kosong

Indonesia kaya akan sastra peninggalan nenek moyang terdahulu, sebagai cerita pengantar tidur dan pembelajaran hikmah akan kehidupan lewat cerita atau dongeng. Setiap daerah mempunyai latar belakang sebuah cerita lagenda ataupun mitos yang begitu melekat sekali di kalangan masyarakat, sehingga samapi turun temurun pun serita itu masih melekat, bahkan ada pula yang dibumbui cerita yang disesuaikan dengan perkembangan jaman, dengan tidak melenceng dari inti cerita itu sendiri.

Nusantara kita mempunyai banyak sekali cerita rakyat yang telah melagenda baik dari Ujung Kulon maupun Merauke, dari Aceh sampai Papua. Semisal cerita lagenda Malin Kundang cerita seorang anak yang durhaka pada orang tuanya, sehingga dikutuk menjadi sebongkah batu, adalagi cerita Suri Ikun dari Nusa Tenggara Timur, seorang anak laki-laki yang oleh saudara-saudara laki-laki yang lainnya dibenci seumpama kisah Nabi Yusuf, dan masih banyak lagi.

Cerita rakyat memberikan banyak inspirasi dan motivasi kepada kita yang masih muda  untuk bisa mengambil sisi baik dan mengambil hikmah dari sisi buruknya, tidak ada salahnya bila kita banyak belajar kisah dan cerita rakyat, supaya bertambah wawasan kita.

Selasa, 13 Desember 2016

Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur

Judul
:
Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur
Penulis
:
Gandes Cukat Permaty, S. Pd.
Penerbit
:
Intan Pariwara
Tahun Cetak
:
2008
Halaman
:
60
ISBN
:
979-28-0451-5
Harga
:
Rp. 25.000
Status
:
Kosong

Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan dengan empat pulau besar, yaitu Pulau Flores, Sumba, Timor dan Alor. Provinsi ini terkenal dengan komodo sebagai satwa endemik. Selain itu, nama cendana juga lekat dengan provinsi ini karena daerah ini merupakan tempat tumbuhnya tanaman cendana secara alami.

Potensi khas Nusa Tenggara Timur yang tidak dimiliki oleh provinsi lain adalah daerah padang rumput luas (sabana). Pada rumput ini berpotensi besar untuk pengembangan usaha peternakan. Berbagai kekayaan flora dan fauna juga dimiliki oleh provinsi ini.

Suku bangsa Sumba dan suku bangsa Sawu adalah sebagian suku yang mendiami provinsi ini. Suku-suku tersebut memiliki kekayaan budaya berupa bahasa, arsitektur, pakaian, tarian, alat musik, lagu daerah, seni kerajinan rakyat, upacara tradisional, senjata tradisional dan makanan khas. Tidak ketinggalan peninggalan sejarah seperti rumah pengasingan Bung Karno, Monumen Veteran Australia dan beberapa peninggalan yang lain melengkapi provinsi ini.

Jika ingin tahu lebih lanjut tentang Nusa Tenggara Timur, berselancarlah di Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur

Senin, 12 Desember 2016

Pusaran Revolusi Indonesia di Sunda Kecil 1945-1950

Judul
:
Pusaran Revolusi Indonesia di Sunda Kecil 1945-1950
Penulis
:
Anak Agung Bagus Wirawan
Penerbit
:
Udayana University Press
Tahun Cetak
:
2012
Halaman
:
360
ISBN
:
978-602-9042-71-9
Harga
:
Rp. 100.000
Status
:
Ada

Setiap kali revolusi sebagai suatu persitiwa sejarah dikisahkan, sadar atau tidak sadar, pembicaraan hanya berkisar pada berbagai corak peristiwa yang secara simbolik diwakili oleh Jakarta (proklamasi), Surabaya (simbol kepahlawanan), dan Yogyakarta (ibukota revolusi proklamasi). Ketika negara Indonesia Timur berdiri lalu bergolak, peristiwa ini seakan terlepas dari sejarah Indonesia. Padahal , Sunda Kecil (Bali, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur) adalah bagian dari sejarah Indonesia juga, yang dinamika politiknya lebih kompleks, bergolak dan penuh friksi. Peran kaum terpelajar muncul dan mendorong pusaran politik di Sunda Kecil, masih dalam kaitan pemerintah RI yang juga baru terbentuk.

Buku ini tidaklah sekedar merupakan sumbangan dalam usaha memperkaya pengetahuan sejarah Tanah Air, tetapi juga mengisi ketimpangan yang serius dalam penulisan sejarah. Dengan mengambil fokus Sunda Kecil, karya  AA Bagus Wirawan ini dengan berani menghadapkan diri pada usaha mengisi kekosongan relatif pengetahuan tentang dinamika revolusi kemerdekaan, dan perubahan sosial, serta pertumbuhan kesadaran yang mendahuluinya, yang terjadi di tiga provinsi, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Ketika telah menghadapkan diri pada masa revolusi dan periode yang mendahuluinya, buku ini seakan-akan mengabungkan dua buku yang pernah ditulis ilmuan asing tentang Indonesia, Nationalism and Revolution in Indonesia karya George McT Kahin (1952) dan The Emergence of the Modern Elite in Indonesia karya Robert van Niel (1956), yang kosentrasi utama pada perkembangan yang terjadi di Pulau Jawa. Buku ini juga berkisah tentang munculnya kaum terpelajar baru pada masa revolusi Indonesia, tetapi bukan di Jawa, melainkan di wilayah kepulauan yang sangat beragam dari sudut etnis, kebudayaan dan agama yakni Sunda Kecil.

Kehadiran buku ini semakin penting juga karena berkisah tentang revolusi nasional di wilayah yang sejak semula telah berada di bawah dominasi kekuasaan kolonial yang ingin kembali. Sementara pemerintah RI baru terbentuk, sehingga kaum terpelajar, raja-raja swapraja, kaum republikan di Sunda Kecil mengalami  pusaran konflik yang dasyat. Apakah anak bangsa ini tunduk saja ataukah mencari jalan untuk keluar dari jebakan kolonial? Buku ini memberi jawaban dengan data kesejarahan yang lengkap, akan menjadi bahan apresiasi yang kaya, tidak saja bagi kalangan sejarawan, terutama sejarah intelektual, ahli politik, hukum tatanegara, bahkan kajian budaya.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...