Senin, 01 Agustus 2016

Ekspedisi Jejak Peradaban NTT

\
Judul
:
Ekspedisi Jejak Peradaban NTT, Laporan Jurnalistik Kompas
Penulis
:
Atika Walujani Moedjiono
Penerbit
:
PT. Kompas Media Nusantara
Tahun Cetak
:
2011
Halaman
:
276
ISBN
:
978-979-709-572-9
Harga
:
Rp. 90.000
Status
:
Kosong

Kenapa Nusa Tenggara Timur jauh tertinggal? Berdasar Indeks Pembangunan Manusia, NTT berada di peringkat kedua terendah dari 33 Provinsi Indonesia. Kemiskinan masih membelit sebagian besar warga kepulauan yang dulu dinamakan Sunda Kecil itu. Padahal NTT tanah yang kaya. Keindahan alamnya bisa dikembangkan jadi bermacam objek wisata. Padang sabananya yang luas sangat cocok bagi beragam jenis peternakan, tanah subur yang siap disulap jadi lahan pertanian dan perkebunan, potensi perikanan dan kelautannya pun luar biasa besar.
Ekspedisi Jejak Peradaban NTT Kompas adalah sebuah upaya menyelami kehidupan masyarakat NTT, yang sepertinya hanya memerlukan sedikit saja sentuhan tangan dingin untuk dapat menghasilkan berbagai komoditas yang dapat meningkatkan kemakmuran segenap anak bangsa.“Kemanakah kuda sandel yang dulu sempat terkenal hingga ke mancanegara? Kemanakah kayu cendana terbaik yang dulu sempat mengharumkan nama NTT?”. NTT sepertinya sudah kehilangan segalannya. Tidak lagi seharum candana. NTT tidak lagi mempesona seperti Danau Kelimutu yang indah itu, juga tidak lagi seperkasa kuda Sumba.
Pesona NTT juga terlihat pada binatang purba Varanus komodoensis. Kehadiran binatang melata itu sekaligus memperlihatkan ekosistem di Pulau Komodo, Flores Barat, tidak banyak berubah selama jutaan tahun. Jika ekologi berubah, niscaya binatang yang berasal dari zaman jurasik itu sudah punah. Daya tarik lain tentu saja danau tiga warna Kelimutu di Kabupaten Ende, Flores. Manusia purba hobbit juga ditemukan di Manggarai, Flores. Wewangian asal NTT seperti cendana juga ikut mengharumkan sejarah dan dunia.
NTT memiliki keragaman budaya yang menonjol dibandingkan sebagian besar provinsi lain di Indonesia. Masyarakat yang tinggal di berbagai pulau di provinsi ini tergolong dalam sedikitnya 40 kelompok etnolinguistik. Tradisi budaya di Sumba berbeda dengan tradisi di Flores, Alor, Timor atau Rote. Ada berjenis kain tenun, pelbagai alat musik khas, tradisi menangkap ikan paus di Lembata, pasola dan wula poddu di Sumba, ritual kebhu dan ka nua di Flores yang berpotensi manarik wisatawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...