Jumat, 15 April 2016

Pulau Komodo, Tanah, Rakyat dan Bahasanya

Judul
:
Pulau Komodo, Tanah, Rakyat dan Bahasanya
Penulis
:
J. A. J. Verheijen
Penerbit
:
Balai Pustaka
Tahun Cetak
:
1987
Halaman
:
297
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 150.000
Status
:
Ada

Dengan ditemukannya binatang komodo di tahun 1912, menyebabkan Pulau Komodo menjadi terkenal dan banyak dibicarakan. Tidak saja banyak turis datang ke pulau tersebut, tetapi juga para ahli ilmu pengetahuan menjadi tertarik pula untuk menyelidiki dan mengamati dari segi budayanya.

Deri segi bahasanya semula bahasa yang dipergunakan oleh penduduk yang mendiami tempat tersebut diperkirakan sebagai bahasa Bima. Tapi setelah diadakan penelitian dan pengkajian secara cermat ternyata bahasa orang-orang Pulau Komodo memiliki corak dan warna tersendiri, tidak sama dengan bahasa orang-orang Bima.

Buku, Pulau Komodo, tanah, rakyat dan bahasanya, yang disusun dan ditulis oleh J. A. J Verheijen ini merupakan buku terbitan seri ILDEP menyusul belasan buku yang telah terbit. Didalamnya dibicarakan secara menyeluruh dan mendalam serba-serbi Pulau Komodo, terutama dari segi tanah atau buminya, penduduk serta bahasa setempat.

Buku ini akan sangat bermanfaat tidak saja sebagai buku sumber atau acuan bagi para ilmuan yang memerlukannya, melainkan juga dapat dipergunakan sebagai buku bacaan yang memadai untuk memahami pulau yang sangat menarik perhatian tersebut.

Minggu, 03 April 2016

Polisi Sampah

Judul
:
Polisi Sampah
Penulis
:
Buang Sine
Penerbit
:
Smart WR
Tahun Cetak
:
2015
Halaman
:
300
ISBN
:
978-602-1384-78-7
Harga
:
Rp. 50.000
Status
:
Kosong

Latar belakang novel ini bercerita tentang petualangan Simonov Sinesky bersama Malaikat Jibrael mengunjungi sebuah institusi kepolisian di negeri tak bernama. Kisah novel ini menguak perbuatan polisi-polisi di negeri antah berantah yang tak lagi memiliki nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan, dimana sudah banyak oknum kepolisian yang telah bersekutu dengan pelaku kejahatan. Simon Sinesky bersama tokoh imajiner yang diwakili sebagai Malaikat Jibril datang menginvestigasi dan melakukan penyelidikan terhadap polisi-polisi di suatu negeri antah berantah. Dimulai dari polisi berpangkat rendah brigadir hingga perwira tinggi jenderal. Investigasi ini dilakukan berdasarkan buku dosa yang telah dicatat, karena bagaimanapun sebagai mahluk beriman segala amal kebaikan beserta dosa-dosa sudah dicatat untuk dipertangungjawabkan di kemudian hari.

Dengan melihat substansi novel yang membongkar kejahatan dari sarang institusi yang seharusnya membasmi kejahatan, maka tak heran di halaman-halaman awal, penulis dengan nada satir, mendedikasikan novel ini untuk para pembela kejahatan yang telah mati berkalang tanah. Kasus-kasus seperti pemerasan, penyuapan, becking, mafia judi, dan lain sebagainya, menjadi sasaran kejahatan yang bisa dilakukan oleh aparat, sehingga muncul stigma polisi sampah, yang kemudian dijadikan sebagai judul novel ini. Kasus-kasus ini bukan hanya terjadi di masyarakat umum yang melibatkan polisi tetapi juga di internal kepolisian dari penerimaan, kenaikan pangkat hingga mutasi yang banyak menyalahi aturan. Kejahatan begitu terlembaga dengan memperlihatkan struktur kejahatan yang bertingkat-tingkat dari bawahan hingga atasan, dari unit di wilayah terpencil hingga kantor pusat di tengah kota, dari bentuk kejahatan pemerasan kecil-kecilan hingga besar-besaran. Jika di pengadilan ada idiom, “menang jadi arang, kalah jadi abu”, maka dikisah ini pelayanan kepolisian dipersamakan dengan “melaporkan kehilangan satu ekor ternak, maka sebenarnya akan mengalami lebih banyak kehilangan ternak lagi”.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...