Kamis, 10 Desember 2015

Prasangka & Konflik, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur



Judul
:
Prasangka & Konflik, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur
Penulis
:
Prof. Dr. Alo Liliweri, M. S.
Penerbit
:
LKiS Yogyakarta
Tahun Cetak
:
2009
Halaman
:
438
ISBN
:
979-8451-23-6
Harga
:
Rp. 100.000
Status
:
Ada

Kita selalu diingatkan untuk menghargai dan menghayati perbedaan suku bangsa, agama, ras dan golongan sebagai unsure utama untuk mempersatukan dan bukan dijadikan sebagai alasan bagi terjadinya konflik sosial maupun vertikal. Dalam studi sosialogi, ajakan agar selalu hidup berdampingan secara damai ini merupakan bentuk sosialisasi nilai yang terkandung dalam multikulturalisme dan pluralisme.

Sebagai komponen masyarakat majemuk, tidak banyak orang di antara kita yang memahami benar bahwa hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga merupakan manifestasi dari etnik yang memiliki latar belakang sosial dan budaya, dan karena itu dapat membentuk cara berpikir, sikap dan tindakan. Karena ketidakpahaman atas etnik dan ras sebagai identitas sosial dan budaya itulah, kita juga tak dapat membayangkan bagaimana seharusnya hidup dalam masyarakat majemuk dengan multietnik dan multikultur dalam “idiologi” multikulturalisme dan pluralisme.

Dari ketidakpahaman timbul semacam dorongan memetakan masyarakat berdasarkan suku bangsa, agama, ras dan golongan di atas peta mayoritas dengan mayoritas. Akibatnya hubungan antar etnik sering diwarnai oleh prasangka sosial dalma bentuk stereotip, jarak sosial, sikap diskriminasi, dan bisa mendorong kompetisi dan malah lebih sering menimbulkan konflik. Langkah untuk mencegah hal ini antara lain dapat dilakukan melalui pendidikan multikultural sekurang-kurangnya melalui pendidikan komunikasi lintas budaya. 

Di bab VI tentang prasangka antaretnik, penulis menyajikan hasil penelitian: 1) Stereotip terhadap wisatawan manca negara di Kupang; 2) Jarak sosial antar etnik di Kota Kupang tentang pilihan komunikator terhadap bentuk interaksi sosial yang melibatkan sampel etnik luar NTT, Sabu, Flores, Alor, Rote, Sumba dan Timor; 3) Sebaran pertimbangan memilih tempat tinggal bagi Orang Alor, Bajawa dan sabu; 4) Penolakan orang luar NTT atas bentuk-bentuk diskriminasi terhadap sesama etnik dan etnik lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...