Jumat, 03 Oktober 2014

Timor Pulau Gunung Fatuleu “Batu Kramat”


Judul
:
Timor Pulau Gunung Fatuleu “Batu Kramat”
Penulis
:
I. H. Doko
Penerbit
:
Balai Pustaka
Tahun Cetak
:
1982
Halaman
:
155
ISBN
:
-
Harga
:
Rp. 45.000
Status
:
Ada

Di masa lampau kaum penjajah sering menyebut pulau ini dengan julukan “het eiland aan de overkant van het graf”  (pulau di seberang liang lahat), karena memang sangat ditakuti oleh “Demam Timor”-nya, yang telah merengut banyak sekali jiwa para pendatang pada masa itu. Dengan dibiarkan dalam keadaan terlantar, karena memang kurang menguntungkan si penjajah, diciptakanlah suatu pendapat dan anggapan umum bahwa Pulau Timor yang penuh mistik itu, hanya terdiri dari batu karang melulu, seluruhnya tandus kering dan merupakan daerah “minus” dengan rakyat yang selalu menderita kelaparan dan sangat terbelakang.

Anggapan demikian sungguh bertentangan dengan pemberitaan dalam kronik-kronik Cina dari abad ke-13 yang menyatakan, bahwa Pulau Timor, yang terletak di sebelah timur Tiong-kalo, “sangat subur, pegunungannya ditumbuhi dengan pohon-pohon Cendana yang harum semerbak sedang ladang-ladangnya subur dan hasilnya berlimpah-limpah”. Juga, ternyata benar-benar tidak sesuai dengan keadaannya yang sekarang kita lihat dan alami.

Kamis, 12 Juni 2014

Aku Terkenang Flores


Judul
:
Aku Terkenang Flores
Penulis
:
Kapten Tasuku Sato & P. Mark Tennien
Penerbit
:
Penerbit Nusa Indah
Tahun Cetak
:
2005
Halaman
:
224
ISBN
:
979-429-233-0
Harga
:
Rp. 40.000
Status
:
Ada

Dinamisme kekinian suatu bangsa merupakan hasil dialektis antara masa lampau dan proyeksi masa depan. Di dalamnya ada paduan aneka aspek kehidupan: ideologi, sosial, budaya, religius dan sebagainya. Demikian pun, memahami Flores aktual tetap berada dalam wacana demikian. Darinya ditemukan suatu kekhasan Flores, yakni keberakaran yang kuat dalam religiositasnya yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Inilah yang diakui oleh Tasuku Sato, sang Kapten Jepang yang menuangkan pengalaman kerjanya di Flores, di masa Perang Dunia II ke dalam buku ini.

Buku ini dijalin dalam satu kesatuan fakta sejarah, diramu dalam bahasa yang enak dibaca, sebagai perpaduan aneka gaya bahasa, sastra, percakapan, maupun ilmiah populer. Buku ini sungguh memberikan pemahaman yang mendalam dan tepat bagi siapa saja yang ingin mengenal Flores dengan religiositasnya yang kuat, yang mempengaruhi segala aspek kehidupan.

Senin, 05 Mei 2014

Raja-Raja Amanatun yang Berkuasa

Judul
:
Raja-Raja Amanatun yang Berkuasa
Penulis
:
Don Yesriel Yohan Kusa Banunaek
Penerbit
:
Pustaka Pelajar
Tahun Cetak
:
2007
Halaman
:
176
ISBN
:
978-979-1277-59-4
Harga
:
Rp. 70.000
Status
:
Kosong

Buku yang monumental, menarik dan informatif karena disajikan secara utuh berdasarkan penelusuran-heuristic penulisnya dari berbagai referensi, baik buku, sumber akurat dan fakta dilapangan. Dengan demikian untuk pertama kalinya dalam bahasa Indonesia tersedia kepada publik buku yang mengupas dan memaparkan secara objektif dan tidak mengada-ada gambaran sebuah realita kejadian dalam periode panjang mengenai eksistensi raja-raja Amanatun dan perjalanan kekuasaan mereka dalam tautan sejarah hingga sekarang. Buku ini layak untuk dibaca, dijadikan rujukan dan layak dikoleksi semua kalangan, karena ada sesuatu yang signifikan untuk diketahui, dijaga dan dilestarikan serta memberi keseimbangan dalam berpikir dan kearifan bertindak, untuk kini dan masa depan. Buku ini ditulis oleh Don Yesriel Yohan Kusa Banunaek yang adalah anak satu-satunya dari Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek, raja terakhir yang berkuasa di Kerajaan Amanatun (Onam). Saat ini ia sebagai Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Pemda Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan bermukim di Kota So’E Timor Indonesia.

Senin, 06 Januari 2014

Koepang Tempo Doeloe

Judul
:
Koepang Tempo Doeloe
Penulis
:
Drs. Ishak Arries Luitnan
Penerbit
:
Penerbit Ruas
Tahun Cetak
:
2012
Halaman
:
310
ISBN
:
979-25-1646-8
Harga
:
Rp. 80.000
Status
:
Ada

Kisah bermula dari eksodus Etnik Helong dari Nusa Ina (Pulau Seram) Maluku yang berlayar dan kemudian mendarat di ujung timur Pulau Timor, hingga kemudian melalui perjalanan darat terus bergerak ke arah barat, lalu menduduki dan memutuskan untuk menetap di Kaisalun (Fatufeto) dan Bunibaun (Bonipoi). Mengisahkan perjalanan panjang yang menguras waktu satu generasi untuk sampai pada tempat impian yang mungkin telah dipikirkan sejak awal memulai perjalanan, dengan banyak suka dan duka yang ditemukan. Kaisalun dan Bunibaun sebagai cikal bakal Kota Kupang kemudian diperintah oleh tiga raja yaitu Raja Lai Kopan, Raja Lissin Bissing dan Raja Muda Lais Kodat. Ketiga raja ini memimpin masyarakat Helong sehingga menamakan diri sebagai Kerajaan Helong. Seiring waktu berjalan datang pula berbagai rombongan suku-suku dari pedalaman Timor untuk bergabung dengan Kerajaan Helong, yaitu Suku Pitais, Suku Amabi, Suku Taebenu dan Suku Sonbai, masing-masing diangkat menjadi Fettor (raja kecil) dan membawahi wilayah yang telah ditentukan.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...